Peringatan Dari Ghibah

Betapa sering kehormatan kaum muslimin pada hari-hari ini yang terkoyak-koyak oleh perbuatan saudaranya sendiri. Dengan perbuatan ghibah (menggunjing saudaranya), namimah (mengadu domba), menuduh dengan tuduhan palsu, mencerca, dan yang lainnya, yang mana kesemuanya ini menjatuhkan kehormatan saudaranya yang diharamkan baginya. Wallahul musta’an

Baca Juga: Menjaga Kehormatan Muslimin

Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan: “Apa kalian tahu, apa itu ghibah?” Para sahabat menjawab “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau mengatakan, “Ghibah itu adalah menceritakan tentang keadaan saudaramu yang dia tidak sukai untuk disebutkan.” Beliaupun ditanya, “Bagaimana pandanganmu jika sesuatu yang aku katakan itu memang benar ada pada diri saudaraku?” Beliau menjawab, “Bila apa yang engkau katakan benar-benar ada pada diri saudaramu, berarti engkau telah menggibahnya. Bila apa yang engkau katakan tidak ada pada diri saudaramu, berarti engkau membuat kebohongan tentangnya.” (HR. Muslim no. 2589)

Hendaknya kita berhati-hati dengan perbuatan semacam ini, karena ini adalah perbuatan dosa besar. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dan janganlah sebagian kalian mengghibah sebagian yang lain. Apakah salah seorang diantara kalian suka makan daging saudaranya yang telah mati? Tentunya kalian merasa jijik padanya. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS Al Hujurat: 12)

Oleh karena itu, semestinya kita berhati-hati dan benar-benar menjaga lisan kita dari perbuatan itu semua. Kita biasakan lisan kita untuk mengatakan hal-hal yang baik dan bisa mengangkat kehormatan saudara kita. Berkata Yahya Berkata Yahya bin Abi Katsir rahimahullah:

يصوم الرجل عن الحلال الطيب، و يفطر على الحرام الخبيث، لحم أخيه – يعني اغتيابه

“Seseorang berpuasa dari yang halal lagi baik (makanan dan minuman) namun berbuka dari yang haram lagi jelek yaitu daging saudaranya (dengan meng-ghibahinya)” (Hilyatul auliyah 3/69)

Marilah kita wujudkan wasiat Rasulullah shallallahu  ’alaihi wa sallam dalam menjaga darah, harta, dan kehormatan kaum muslimin ini dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita jauhi segala bentuk kezaliman dan kita pupuk rasa kebersamaan, sehingga akan terwujud pula gambaran keberadaan kaum muslimin sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Beliau shallallahu  ’alaihi wa sallam“Perumpamaan kaum mu’minin dalam hal saling mencintai, saling mengasihi dan saling menyayangi diantara mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh merasakan sakit, maka seluruh tubuh akan terpanggil merasakan begadang dan panas.” (HR. Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2585).

Wallahu ta’ala a’lamu bishshawab.